Senin, 18 November 2019


Halo teman teman..yang aku mau tulis ini tentang pendapat pribadiku sebagai ibu baru. Sama sekali tidak ada tujuan buat menjudge siapapun atau menggiring opini yang salah. Terimakasih sudah mampir membaca, semoga curhatan ke sekianku ini bermanfaat.

Menyusui itu hal yang sangat menakjubkan. Breastfeeding is amazing. Breastfeeding is wonderful. Ga ada yang bisa membantah kenyataan ini. Memberikan nutrisi terbaik bagi permata hati kita, dimana orang lain tidak bisa menggantikan. Betapa spesialnya kita sebagai seorang ibu, ketika kita dapat menyusui langsung bayi kita, dan bayi kita tergantung sepenuhnya oleh kita.
 Menyusui itu natural, semua makhluk hidup pasti bisa menyusui karena itu adalah insting. Bayi baru lahir pasti langsung mencari puting ibunya berusaha menyusu dengan tenaga yang sangat besar mengingat masih mungilnya mereka. Setuju ?


Sebelum si kembar JJ lahir, segala persiapan menyambut mereka sudah aku siapkan. Termasuk pengetahuanku tentang menyusui. Sebagai dokter yang mengalami masa pendidikan kedokteran dan per koas an, aku sudah pasti tahu, ASI adalah nutrisi terbaik bayi pada awal kehidupannya. ASI memenuhi segala macam zat gizi yang dibutuhkan bayi. Belum lagi imun dari ibu yang disalurkan kepada bayi. Ga bisa didapatkan lengkap dari susu formula manapun. Akupun termind set sejak masa koas, bahwa kalau aku punya anak nanti, harus ASI eksklusif. Ga jarang juga aku mencibir ibu pasien pasien anak yang tidak memberikan ASI, “Sakit sakitan kan Bu, ga dikasih ASI sih. Ditetekin ya,”

Sebagai calon ibu hamil kembar, akupun was – was, bisa ga ya menyusui kembar langsung. Gimana ya biar ASI banyak. Dengan berbekal buka buka jurnal, buku AIMI, dan searching pengalaman pengalaman ibu anak kembar yang sukses menyusui, akupun mendeklarasikan diri ke suami dan mama kalo aku mau ASI eksklusif. “ Aku paham di hari hari pertama ASI akan sedikit keluar, tapi aku akan berusaha ASI ku jadi banyak, jadi please dukung aku dan jangan kasih mereka susu formula.” Ga Cuma omong doang, aku ikut kelas persiapan menyusui (by internet tapi ya hahahaha), belajar posisi menyusui baik sendiri atau langsung tandem, persiapan krim biar nipple ga lecet, belajar pijat PD, mempersiapkan pompa ASI dan mempelajari trik2nya kalau ASI banyak harus 2-3 jam sekali pompa, belajar memerah ASI dengan tangan, manajemen ASIP, bahkan sudah mempersiapkan nomer telp konselor laktasi kalau kalau nanti butuh.

Di bayanganku pada saat itu, aku udah tau semuanya, segala macam cara buat ASI jadi banyak, dan aku yakin bisa ASI eksklusif. Tinggal nempel doang, memang sih katanya awal awal sakit, tapi ga lama karena kan memang si bayi lagi belajar juga buat latch on. Ga over PD sih karena masih khawatir supply nya cukup atau ga buat 2 bayi, tapi saat itu aku berpengharapan besar bahwa anak anakku ga akan pernah menyicip sufor. Super idealis.


Ternyata… tidak semudah itu.


H-0 pasca melahirkan sesar, dengan masih pengaruh obat bius dan anti nyeri, dan badan rasanya susah ngapa ngapain masih sakit jahitan, aku mencoba menyusui bayi bayiku. (Sebelumnya aku juga IMD di kamar operasi tp belum berhasil. Sedih). Huwalaaah sakitnya… perih nyeri.. padahal posisi udah bener.. dokter anak kami bilang, karena mereka kembar, kecil, masih susah untuk nempel, jadi terus terusan aja ditetekin biar makin pinter. Puji Tuhan begitu dipencet, ASI ku keluar, warna kuning, happy rasanya apalagi dipuji, wah melahirkan langsung keluar ASInya.

Sambil menahan rasa sakit, aku tetap semangat menyusui mereka per dua jam, ganti gantian karena pas mencoba posisi tandem masih sakit. Terharu ngeliat mereka semangat buat nyusu, ga tega ngelepasnya saat saudaranya nangis juga kehausan, disisi lain akunya meringis – ringis, pengen cepet selesai. Selama 3 hari rutinitas itu yang aku jalani. Karena nipple masih sakit aku mengurungkan niat buat pompa, karena pasti akan sakit lagi mending rasa sakitku buat menyusui langsung mereka.


H-3, adalah hari ulang tahun ternangis seumur hidupku. Jordan dan Juergen mulai kuning, bilirubinnya naik karena kekurangan cairan. Mereka harus difototerapi. Nangis sejadi jadinya. Kecewa sama diri sendiri, ga bisa memenuhi kebutuhan anak anakku. Tambah sedih karena mereka harus mendapat tambahan nutrisi lain, hal yang aku hindari, sufor.
Suami, Mama,Mami, dokter dokter berusaha menghibur. Tapi semua mental, aku jadi merasa ga berguna, merasa useless, ga mau ketemu orang, ngeliat si JJ rasa bersalah yang ada, bukan gembira lagi. Setiap mau menyusui seakan kaya trauma, kesakitan dan penuh keraguan kalo ASIku akan cukup. Wah pokoknya pas itu kacau banget deh aku, nangis ga berhenti berhenti sampe sampe dokterku khawatir aku bakalan baby blues.

Setelah menenangkan diri sendiri dan berharap jangan sampai babyblues, sedikit2 mulai menerima, ASI ku memang belum cukup, apalagi untuk dua mulut. Dengan berat hati aku liat sufor itu mengaliri selang NGT ke lambung Jordan dan Juergen. Bapak suami menenangkan,mendampingi, dan bilang “Udah beb, ga papa. Aku dulu juga dapat sufor. Liat sekarang aku punya istri hebat dan dua anak yang ganteng ganteng” sedikit mengurangi rasa sedihku.Hahaha tetep ngotot pengen ASI.

Aku tetap berusaha buat pompa dan puji Tuhan masih ada yang bisa dikasih ke mereka. Tadinya proporsi ASI: SUFOR itu 2;8, terus naik jadi 3;7 sampai JJ sehat dan dinyatakan bisa pulang.

Sampai rumaah dengan segala kerepotan yang ada, dengan pikiran yang belum terlalu jernih karena kurang tidur, aku merenung (biasanya pas mompa atau netekin) untung ada SUFOR. Thanks God buat siapapun yang pertam akali menciptakan SUFOR. Dengan adanya SUFOR aku bisa istirahat sejenak, bapaknya yang kasih susu. Apalagi saat di rumah keadaan tanpa Mama, Mami, Baby sitter. Cuma suami dan kakak ipar  yang ikutan begadang juga kasih susu ke JJ. (bener bener ga ngebayangin tanpa mereka)


 Memang FAKTA bahwa sebagus bagusnya sufor ga bisa menandingi ASI. Memaaang.. dulu aku adalah ASI garis keras. 

Nah inilah pelajaran kehidupan buat aku, jangan pernah meng – underestimate kan sesuatu yang kita belum kenal betul. Belum mengalami secara langsung.

Menyusui itu natural. Iya. Pasti mudah? Tidak. Berjalan itu natural kan ? Bicara itu natural kan ? Tapi adakah bayi yang langsung bisa jalan, ga pake jatuh jatuh dulu ? Adakah bayi yang langsung bisa ngomong kalimat lengkap tanpa mendengar orang orang lain disekitarnya bicara ?

Menyusui itu perlu latihan. Menyusui itu perlu melihat caranya, mempelajarinya, dan mengalaminya langsung.

Setelah mengalami ini aku paham setiap ibu yang merasakan kesulitannya menyusui dan akhirnya memutuskan untuk menambah atau mengganti dengan SUFOR. 

Demi kewarasan. 

Kami kami yang pakai sufor ini pasti tetap mau yang terbaik untuk anak. Tapi di saat situasi yang susah, tidak memungkinkan, kami lebih mementingkan kewarasan kami sehingga kami tetap bisa mengurus anak kami dengan baik. (walau sebenernya ada juga sih ibu yang masa bodoh,itu pengecualian ya). 

Jadi ibu ibu, atau mb mb atau bapak – bapak, stop mom shaming tentang sufor ini ya. Kita ga tau kisah apa dibelakang keputusan ibu itu. Ga semua ibu bisa mengalami masa pasca melahirkan yang mulus, menyusui yang langsung mudah dan menyenangkan. Dan sufor bukan racun, tujuan pemberian ASI adalah bayi yang sehat. Jika memang ASI belum mencukupi tidak ada salahnya dibantu dengan sufor yang pastinya sudah melewati uji klinis bermacam – macam. (untuk kapan dibantu sufor aku sarankan konsul ke dsa dulu, karena setiap bayi berbeda)


TAPI BUKAN BERARTI AKU MEMOTIVASI GA ASI LHO YA


BREASTMILK STILL THE BEST. NOTHING COMPARE.


Banyak kok ibu ibu yang sukses mengASIhi dengan cantiknya, mulus, indah. Tapi kalau itu ga terjadi, jangan putus asa. Para calon ibu juga jangan parno. Yang perlu diinget kalo dari pengalamanku, 

DO THE BEST, PREPARE FOR THE WORST, YOU CAN DO IT.


Puji Tuhan selama 10 bulan aku masih bisa memberikan ASI buat si kembar walau tentu masih dibantu sufor. Dulu aku kecewa, tapi sekarang aku bersyukur, walau aku tidak bisa memberikan ASI eksklusif, aku tetap bisa memberikan kasih sayang yang terbaik untuk mereka.

Semangat selalu ibu ibu..



Halo teman teman..menyambung cerita TRYING TO BE PREGNANT part 4 yang kemarin ya..

Setelah agak shyok, terharu, dan mengucap syukur tak henti hentinya karena hasil testpack positif tiba tiba muncul keragu – raguan. Duh jangan jangan salah kayak kemaren. Bapak suami menenangkan, “Ya udah nanti sore cek lagi, kan masih tipis, terus besok pagi tes lagi, baru kita ke dokter. Sekarang ga usah bilang siapa siapa dulu, berdoa dulu aja semoga beneran,” tapiii yang namanya cewek, mana tahaan berita bahagia gini ga diceritain. Hahaha. Maaf ya suamiku, aku sempat kirim foto testpack ke salah satu sahabatku yang udah hamil juga buat konfirmasi beneran ga ya ini positif (dokter juga bisa galau kalo ga pengalaman langsung), dan dia heboh excited karena menurut dia beneran hamil, dulu dia juga tipis kayak begitu.
Ya udah deh pas kerja super ga konsen bawaannya pengen berdoaa muluu, semogaa beneran hamil. Begitu sore cek lagi, garis dobel lagi. Besok paginya pake 3 testpack segalam macem merk, positif juga, lebih tebel. Seneeng banget.. terharu.. ga percaya…

Akhirnya kami bikin janji dengan dr J, yang surprisingly lagi ga banyak pasien. Beliau sempat ketawa pas aku nunjukin 5 testpack potif semua, hahaha ya gimana dok daripada ke geer –an.. Naah pas di USG ini aku deg deg an. Takut belum keliatan kantongnya. Setelah diperiksa, memang ada bulatan kecil di rahim yang kemungkinan besar kantong kehamilan.. sampai nangis aku ngeliatnya. Sembari diukur2 gestation sac nya, aku sempat nanya sama dr J, dokter ini kira kira Blighted Ovum ga ya ?( kandungan yang ga berkembang). Dokter J yang sepertinya ga suka memberi harapan palsu berkata “Kita belum tahu, datang lagi 2 minggu lagi kita liat sudah ada detak jantungnya apa tidak. Berdoa ya, hati – hati,” dan sists di hasil usg pun beliau menulis deskripsi untuk bulatan itu.. “Gestation Sac ?” hihihihi pake tanda Tanya banget.

Yess.. galau maning… hahaha. Dr J meresepkan obat obat penguat kehamilan dan vitamin2nya. Aku udah lupa apa aja semua tapi yang pasti utrogestan supposutoria (yg masuk dubur) beliau resepkan untuk 5 hari. 

Singkat cerita setelah dua minggu penuh doa baik dari kami sendiri dan keluarga (Papa Mama Papi Mami Abang Kakak Adek semuanya excited dan malah heran sama aku yang parno) kami periksa lagi. Sayang dr J sedang absen praktek karena beliau sedang sakit (huhuhu) aku USG deh di RSWN tercinta (tempat aku kerja) dengan dr H.
Di USG RSWN lah mulai curiga kandungan aku kembar. Dr. H bilang “Wah, twins ini… tapi belum keliatan padahal udah 7 minggu.. apa USG nya ya..”
“Belum keliatan dok ? Apa BO ya dok ?” (saking paniknya denger belum keliatan aku masih ga peduli dr. H bilang ini kembar)
“Ga lah kalo BO.. bagus gini kantongnya. Kalo BO biasanya tepinya ga rata.. tapi ini kembar lho coba deh kamu liat ada dua kantong dan ada bayang2 samaar banget di dalemnya kan.. Jadi kok ini, diminum aja obat penguatnya. Tapi unik juga ya biasanya turunan kembar itu skip generasi, ini anakmu langsung kembar” (jadi adik kandung saya anak kembar saudara – saudara)
Denger itu bapak suami yang denger happy dan excited wih kembar.. Udah hamil aja seneng banget, ini malah kembar. Bagaimana aku ? GALAU. Hahaha.. aduh kalo ingat – ingat masa ini jadi orang kok ga bersyukur banget sih aku…

Akhirnyaa buat menepis rasa galauku, kami berkunjung ke dr S yang denger2 alat USG nya super canggih. Tapi sepertinya emang canggih, begitu nempel seeet langsung keliatan dua kantong di dalam kantong itu masing2 ada kayak seperti lampu kedip kedip. Kedip kedipnya pun ganti gantian super cute… nangis lagi terharu…

“Ini detak jantungnya ya.. bagus ini.. kembar dua kantong..”
Setelah dengar dr S,hati rasanya damaaaii…berbunga bunga… terharu.. susah dideskripsikan dengan kata kata. Akhirnya kegalauan kami, kekhawatiran kami dan kerinduan kami dijawab sudah. Tuhan sungguh baik, Tuhan benar benar ga liat kami siapa, dosa kami apa buat memberikan anugerah seperti ini. Kami benar benar bersyukur dan semakin yakin karya Tuhan tidak pernah salah dan terlambat. Kalau dipikir pikir lagi, memang ini waktu yang terbaik untuk aku hamil. Kami sudah di rumah sendiri, suami sudah bekerja tetap di RS, aku juga selalu masuk pagi sehingga ga perlu jaga jaga malam. Mungkin Tuhan belum kasih kemarin kemarin karena menurut Dia “udahlah.. sabar dulu. Kalian stabil dulu..”  Ga kebayang kalo kemarin aku hamil di Kabupaten K, masih jaga malam, kamar kos juga naik turun tangga.. apalagi dengan hamil kembar, resikonya lebih banyak. Memang, HE IS THE BEST.


Teman teman.. terimakasih yaa sudah mau membaca curhatan berkedok sharingku ini.. hehehe. Kalau soal kehamilan sampai melahirkan puji Tuhan  semua lancar, dan sekarang Jordan dan Juergen sudah 17 bulan.. hehe Sekalian aku pribadi mau mengucapkan terimakasih kepada suamiku, keluarga besarku, teman temanku yang selalu memberi support buat aku menjalani perjalanan TRYING TO BE PREGNANT ini. Terimakasih banyak juga untuk para dokter obsgyn yang sudah membantu di dalam program kehamilan kami karena melalui beliau beliau ini Tuhan memberikan anugerahnya kepada kami.



Buat teman teman yang mau tanya – tanya boleh lewat emailku di : rimaadjaninugroho@gmail.com atau DM langsung di instagram : @rimaadjani
Buat TTC fighter disana… SEMANGAT ! Tuhan tahu perjuangan dan kerinduan kita. You are not alone. Percayalah, Tuhan akan selalu memberikan yang terbaik untuk kita di waktuNya. Semua akan indah pada waktuNya.

END

Jumat, 18 Januari 2019
Halo.. aku lanjutkan sharing aku ya..

Kamipun akhirnya memutuskan untuk berkonsultasi dengan dr. J spesialis obsgyn konsultan fertility juga di RS T. Kami berganti dokter bukan karena merasa  pengobatan dengan dr T kemarin belum membuahkan hasil, tapi lebih kepada mencari suasana baru (antrinya ga terlalu lama contohnya) dan juga kami ingin menanyakan opsi tindakan yang lebih invasif lagi, inseminasi misalnya. Karena sebelumnya, dr. T kurang menyarankan inseminasi. Beliau berpendapat inseminasi lebih ditujukan kepada pasangan dengan sperma yang kurang bagus, kurang cepat atau kurang jumlah, karena prinsip insem adalah menyuntikkan langsung sperma sedekat mungkin dengan sel telur yang matang, sehingga bisa segera terjadi pembuahan. Karena menurut beliau sperma suami bagus dan telur telurku pun responsif dengan pengobatan, beliau masih percaya kami masih bisa program dengan obat - obatan aja. Tapi namanya orang hampir hampir putus asa, segala opsi program hamil adalah suatu harapan. Jadi kami ke dr. J ingin mendengar second opinion dan dengan persiapan mental kalau - kalau beliau memang menyarankannya insem atau sekalian bayi tabung.

Pertama kali mencoba konsul dengan dr J, terus terang kami beruntuuuung banget. Menurut pengalaman ibu ibu yang pernah kebeliau, janjian sama dr J ini harus 3 bulan sebelumnya. Karena aku sempet ga kontrol ke dr T (walau tetep minum obat dan vitamin) aku berhasil mendapat antrian sebulan sebelumnya dan aku dapet nomer urut 10, menggantikan pasangan yang batal konsul karena posisi di Ternate (inget banget aku). FYI, dr J hanya melayani pasien poli per hari nya maksimal 10 orang. How lucky I am...

Pertama kali ketemu dr J ini, kami merasa nyaman dan tenang, mungkin karena pembawaan dr J ini yang mirip sama papi kami. Setelah di periksa, beliau setuju dengan diagnosa PCOS ku. Daan sama seperti dr T beliau menyarankan jangan buru - buru insem, obat saja dulu, kalian masih muda. Agak pengen membantah sih sebenernya, tapi suami langsung memberikan lirikan "diem aja dengerin dulu". Mungkin ngeliat wajahku yang berubah lesu karena berarti berkutat dengan obat obat dan cek cek hormon lagi, beliau menambahkan, " Saya ganti dan tambah obatnya ya, ga usah cek hormon, kalau telat test pack saja. Ini kayaknya kamu sebentar lagi mens, jadi minum obatnya pas mens ya. Nanti hari ke 11 mens cek telur dan kita atur jadwal berhubungan. Kalau belum juga, kita bisa pikirkan tindakan,"

Mendengar itu, akhirnya aku bisa senyum setelah aku pikir - pikir iya juga, ngebet amat pengen tindakan, obat penyubur yang selama ini aku konsumsi juga ga pernah diganti karena responsif, mungkin memang perlu variasi obat lain. Begitu pikirku. Akhirnya dengan pikiran yang lebih tawakal dan tenang, kami pulang dan sudah siap kalau memang bulan ini aku mens lagi.

Dan ternyata bener, aku mens lagi. Itu bertepatan dengan 2 bulan kami pindah ke rumah baru tapi lagi jalan - jalan ke Solo. Akhirnya aku minum deh obatnya, kali ini femara dan ada tambahan metformin dan asam folat. Suami juga ikut - ikutan konsumsi asam folat dan melanjutkan suplemen zeman dari dr T yang kemarin. Di hari ke 11 aku datang untuk konsul lagi. Oh ya jadi ceritanya setelah selesai konsul pertama kali dengan dr J, ak langsung bikin appointment buat kontrol lagi dengan mengira - ngira hari 11-13 aku mens (iya waktu itu optimis nya pasti mens, dan kalo ga mens pun ga ada ruginya bikin janji) dan dapet tapi no 9, hehehe again lucky me.

Ternyata femara ini responsif di aku, ada 4 telur mateng di ovarium kanan salah satunya ada yang berbentuk oval, hahaha. Yang sebelah kiri ada 2, tapi beliau senang karena kan aku ada sumbatan di sebelah kiri nih, kanan yang jalannya longgar puji Tuhan pas yang telurnya banyak.

Dokter menjadwalkan kami untuk berhubungan kali ini diselingi aja sehari sehari, dan tips nya jangan langsung bangun habis berhubungan minimal sejam, apapun yang terjadi.Oh ya abis kontrol cek telur itu, aku sempet balik setelah ambil obat dan tanya sama dokter,
"dok, kalau saya mens lagi gimana ? Dan kalau tanggalnya unpredictable ?"

Sepertinya dr J tau kalau antrian di beliau itu sungguh sulit, jadi beliau bilang, "Nanti telpon aja ke sini, ambil resep yang baru, nanti saya resepkan. Semoga berhasil ya," Jadi aku ga sempet bikin appointment buat bulan depannya kalau kalau aku mens, dan akupun ga dikasih resep obat penyubur kalau aku mens. Mungkin ada yang bingung kalau ga baca dari awal, jadi obat penyubur itu akan ngefek kalo diminum hari ke 1-3 mens, diluar itu kecil kemungkinan untuk mematangkan sel telur. Beranggapan bahwa dr J optimis ak ga mens bulan ini, membuat aku sedikit lebih berharap, hehehe.


Kami pun menjalankan program dan tips ini dengan hati yang lebih adem, lebih siap, lebih enjoy, dan tetap berpengharapan. Mungkin karena rumah baru juga, jadi suasananya lebih enak, ngapa - ngapain bebas, mau explore di mana aja ga masalah, hihihihi. Kalau perubahan pola makan dan gaya hidup, kita ga bisa berubah total sih, cuma aku mengurangi yang manis2, lemak2, begitu juga suami mengurangi rokok. Olahraga aku paling ngikutin yang di youtube doang, itupun cuma sekali dua kali seminggu. Kayak - kayaknya kita memang udah pasrah dan pengen aja menikmati enak ga enaknya punya rumah sendiri, jadi pikiran ga terlalu terfokus pada ke belum hamil an ku.

Dan di hari hari mendekati tanggal aku biasa mens, mens belum muncul juga. Memang sih, aku ngalamin rasa - rasa seperti mau mens, perut kram kram ga jelas, PD agak nyeri, badan pegel pegel semua, jadi aku cuek, alah paling bentar lagi aku mens.
Akupun udah bilang ke Andre, "Sayang, maaf ya tapi ini aku ngerasa perutku kram kram gitu kayak mau mens, aku kayaknya masih dapet deh bulan ini.." dan si suami bilang "Apaan sih beb kok minta maaf gapapa lah, kan berarti ada masa subur lagi.. Emang udah waktunya ya ?"
"Kayaknya sih, harusnya hari ini, tapi biasa kan terlambat sehari sampe tiga hari juga,"
" Ya udah besok testpack aja,"
"Hahh ngapain beb trauma aku sama testpack, takut kecewa ntar negatif lagi,"
"Ih apa salahnya coba, udah besok testpack aja,"

Dan adu argumen seharian, akunya ngotot ga mau, Andre tetep mendorong aku buat testpack. Agak bingung juga sih soalnya sebelum ini dia ga pernah sengotot itu suruh testpack. Karena aku bandel, besok paginya aku ga testpack, tanpa kasih tau suami, dan dia agak kecewa pas aku bilang belum tp. "Ya udah, besok testpack ya, udah telat dua hari kan.. Siapa tau beb.. berdoa aja, percaya,deh"

Baiklah, buat nurutin suami tercinta, akhirnya aku bertekad buat besok testpack. Sudah mempersiapkan diri buat ngeliat hasil yang negatif, aku cuma beli satu testpack aja itupun bukan sensitif, onemed apa ya yang murah itu. Bener - bener ga ada beban di pagi hari itu aku bangun, sebenernya agak lupa harus tp, terus buru - buru nampung urin di tengah tengah buang air. Aku celupkan tp itu dan tunggu sampai naik... pertama garis kontrol yang muncul... terus lho lho lho kok, ada garis satu lagi ?? Tipis sih, ini bener nih garis positif ?? Bener - bener masih melongo aku bangunin suami minta bantuan konfirmasi ini segaris atau dua garis. Masih ngantuk - ngantuk dia buka mata, ngeliat testpack ketawa kecil, meluk aku, terus tidur lagi, meninggalkan aku yang masih terbengong - bengong.


Halo.. balik lagi dengan sharing aku ya..

HOW DEALING WITH PEOPLE THAT ANNOYED ME WITH THEIR QUESTIONS

Buat yang punya cerita sama seperti kami, pasti ngalamin deh gimana masa masa sedih, bete, jengkel, marah sama komentar orang yang sebagian besar basa - basi, kepo atau memang maksudnya nyinyir.

"Kapan isi ?" (rasanya pengen jawab : Buru - buru ga ? Aku tanyain Tuhan dulu,ya )
"Udah isi belum ? Udah setahun lebih kan ? Masalahnya apa sih,di kamu atau suamimu ?" (mau orang deket atau jauh yang nanya, pertanyaan macem gini pasti bikin hati panas)
"Coba deh diinget inget dulu punya salah apa, dosa apa," (apalagi ini T__T )

Itu contoh pertanyaan yang pasti bikin pasangan manapun yang lagi berjuang sedih dan jengkel. Sedih karena jadi teringat, jengkel karena ni orang kok ada yang macem begini ga ngerti banget perasaan orang lain.

Memang sih, ada juga pertanyaan dengan kalimat dan nada yang baik ga maksud apa apa alias, emang pure peduli dan pengen bantu kalo bisa. Tapi teman teman, bagi kami pejuang pejuang ini, lebih baik tidak mendengar pertanyaan - pertanyaan seperti itu. Mau gimanapun penyampaiannya. Mungkin yang ga pernah diposisi kami ga bisa ngerti, jadi lebih baik ga usah nanya macem - macem kecuali kami kami ini yang inisiatif yang cerita sendiri. Berbuat baik sama orang lain bakal jadi berkah kan ga bakal bikin celaka?

Mungkin buat kalian yang sudah menikah, dan langsung dikasih keturunan, agak heran melihat kami yang belum. Apakah emang menunda ? Atau sedang berjuang ? Tapi teman - teman, demi ketentraman hati semua orang, ga perlu lah kita nanya hal privasi ini ke mereka. Teman terdekat kita sekalipun. Tunggu mereka cerita, kalau ga ya ga usah. Ruginya apa ?

Puji Tuhan temen temen deketku ga ada yang model begitu. Yang nanya pertanyaan 'jahat' yang diatas kebetulan orang orang jauh yang cuma bisa aku mesem in, dan buru buru pergi daripada kepancing emosi. Yang selalu aku inget sih, kalau ada yang tega nanya dengan nada nyinyir, so pasti bukan temenku yang baik. Aku bersyukur sahabat dan saudaraku banyak yang support, kalau aku curhat mereka bilang,

"Santai aja rim.. Abis ini kalo Andre residen, ga bisa mesra mesra lho, nikmatin aja waktu berduaan,"
"Liburaan yang banyak, pengeluaran kalian belum banyak, tidur kalian masih cukup," (ini kata yang baru punya baby)
"Jangan terpancang di masalah itu terus Rima, pikirkan hal hal positif lain yang bisa kamu lakukan sambil kalian berjuang. Tetap berkarya, berdampak baik buat orang lain," (nasehat orang tua)
"Punya anak itu bukan dulu - duluan Rim, semua udah diatur,"
"Udahlah mb rima, happy happy aja, yuk ke bali,"

dan sebagainya. Bahkan ada yang so sweet, tiba tiba kirimin aku kurma muda, dan kasih aku semangat. Ada yang langsung kasih tau si ini program di sini berhasil, tips tips ini dan lain lain tanpa perlu nanya nanya ga penting dan menghakimi. So lucky to have them :')

Dan selain itu.... dukungan suami yang paling penting ! Aku bersyukur banget suamiku sangat memahami, dan menyadari walaupun aku yang bermasalah, kami berjuang di sini bareng bareng, karena kita udah jadi satu. Bahkan beberapa kali di depan orang orang dia bilang "Iya nih kayaknya aku harus berhenti ngerokok," supaya istrinya ga ditanya macem- macem.Aww so sweet. Pokoknya dia sebisa mungkin ngejauhin aku dari stres dan bikin aku lupa dengan rasa sedihku. Ga pernah sekalipun dia nyalahin aku, nanya nanya dosaku apa kok bisa begini, ga pernah sama sekali. Itu yang bikin aku bertahan dari terpaan pertanyaan dan nyinyir orang orang. Suamiku baik dan ga menyerah, akupun juga ga mau kalau sampai sedih dan nyerah sendiri. Kata kata suamiku yang simple tapi aku inget terus saat mikirin pandangan orang lain ke kita, "Orang - orang liat kita malang tapi Tuhan sayang,"
 Thanks God, he is mine <3

Dan selanjutnya buat nanggepin pertanyaan pertanyaan yang akan selalu ada dan ga bisa kita cegah, anggap aja:

1. MEREKA BENERAN PEDULI (kalau orang terdekat yang nanya, dan kalau pertanyaan mereka wajar)

2. MEREKA CUMA BASA BASI (biasanya baru ketemu dan nanya "udah isi belum?" jadi berpikirlah bahwa mereka pengen buka obrolan tapi bingung ngobrolin apa, jadi jawab basa - basi juga, "isi lemak iya, apa kabar ?" )

3. MEREKA PERANTARA IBLIS SUPAYA KITA MARAH DAN JADI BERBUAT DOSA (untuk pertanyaan pertanyaan nyinyir dan jahat serta menghakimi, jadi inget aja ini cobaan say, dan stay cool jawab "Doain aja ya," Hussh pergi tu setan)

Jujur, ga gampang memang buat menata hati jika mendengar orang lain yang berusaha kepo dengan ke belum an hamil kita. Ga gampang buat ga ngiri atau kepikiran setiap ngeliat postingan temen  temen yang sudah berbontot. Ga gampang menghadapi suami atau keluarga besar yang sangat mengharapkan kita segera hamil dan tau mereka agak kecewa. Ga gampang. Tapi bukan berarti kita harus nyerah. Kuncinya mendamaikan hati dan mendekatkan diri ke Tuhan. Berbuat baik sebanyak banyaknya selagi kita bisa, berdampak baik sebanyak - banyak buat orang di sekitar kita. Selama kita berserah dan berusaha yang terbaik percayalah kehendak Tuhan di hidup kita ga pernah salah.


HALO ! lanjut cerita yang kemarin ya..

Jadi setelah melihat adanya hidrosalping mild di tuba kiriku, seperti biasa aku langsung browsing lagi.  Artikel dan forum forum itu ada yang menenangkan, ada yang tambah bikin parno. Daripada kelamaan bingung, aku konsul ke dokter T dan beliau bilang. "Oh, ga papa ini, belum perlu laparoskopi, dikasih obat aja ya untuk infeksinya. Yang penting tuba paten," duuhh lega lagi. Akhirnya aku ngerti apa yang dibilang orang orang, usaha buat mempunyai keturunan itu kayak naik roller coaster. Kadang bikin tegang banget, kadang bikin lega.

Kebetulan suami bulan itu ada rencana ikut simposium di manado. Tadinya udah males tapi dengan support keluarga aku disarankan ikut ke manado, supaya honemoon lagi katanya. Tapi emang menyenangkan sih di manado. Makanannya enak enak, pemandangannya bagus, dan aku bisa ketemu satu sahabatku yang emg kerja di sana.

Dengan aku di manado, otomatis aku ga bisa kontrol ke dokter. Jadi sebelum berangkat aku menghubungi dr T, dan dengan baik hati dan sabarnya beliau meresepkan obat penyubur via sms. Obat obat ini harus dengan resep dokter sih, jadi Andre nulis resep dari klinik dia kerja. Oke aku jalanin lagi, minum obat lagi, h2c lagi, tapi kali ini ak ga milih cek progesteron karena pengeluaran lagi banyak banyaknya (500rb di prodia, lumayan juga...) Dan aku mens lagi.

Akhirnya di siklus yang ke 5(karena lagi sibuk juga) kami tetap mengkonsumsi obat yang diresepkan dr T, tapi kami ga kontrol, cek telur, dan cek progesteron. Istilahnya udah pasrah, tapi tetap aja hati ini gelisah.Tapi Tuhan belum berkehendak. Itu di masa masa aku udah berusaha ikhlas tapi entah kenapa susah banget, selalu kepikiran. Udah satu setengah tahun, belum hamil - hamil juga, sedangkan teman teman yang menikah setelah aku udah pada lahiran.

Akhirnya setelah berembug, kami memutuskan untuk second opinion ke dokter lain dan rumah sakit lain. Nah di siklus ke 6 ini ak merasa lebih ikhlas dari yang sebelumnya. Saat ini aku benar benar menyadari kalau anak itu pure anugrah. Dia bisa kita perjuangkan, tapi tetep Tuhan yang menganugrahkan.

Dan di masa masa itu juga aku banyak menemukan firman Tuhan yang intinya bilang, rencanaNya buat anak anakNya itu indah. Ga ada rencana celaka atau marabahaya. Kita setuju kasih Tuhan melebihi semua kasih di dunia ini termasuk kasih orang tua kan ? Kalau orang tua kita selalu ingin memberikan kebahagiaan kita, dan ikut sengsara saat kita bersedih, gimana dengan Tuhan yang mencintai ciptaanNya melebihi apapun ?

Dia akan kasih yang terbaik, rancanganNya yang terbaik. Ga ada yang tau masalah apa yang bisa muncul kalau aku memaksakan diri buat segera hamil mboh piye carane. Jujur aku bahkan udah searching searching gimana caranya ngadopsi anak kalau memang ternyata aku ga bisa punya anak sendiri. Udah prepare untuk kemungkinan terburuk. Tapi kami tetap berdoa, dan berserah kepada Tuhan.
Di situ juga aku bertanya tanya pada diri aku sendiri. Sebenernya kenapa sih aku pengen hamil ? Pengen punya anak ? Karena temen temen yang lain udah beranak, ngerasa ketinggalan ? Karena pengen ngerasain maternity foto supaya bisa di post di instagram ? Atau karena lucu lucuan aja punya bayi yang bikin gemes ?

Teman - teman, yang aku ingat dari pendetaku saat konseling pernikahan, beliau bilang, tujuan menikah bukan semata mata ingin punya keturunan. Punya keturunan tidak menjamin hidupmu sempurna bahagia senantiasa. Kalau memang Tuhan tidak berkehendak untuk kami memiliki keturunan berarti itu yang terbaik. Kita tetap bisa menyalurkan kasih sayang kita ke keponakan kita, anak - anak di sekitar kita atau bahkan anak anak yatim piatu yang kurang kasih sayang. Nggak mudah memang untuk menerima hal hal yang tidak kita inginkan. Tapi memiliki anak bener bener misteri ilahi. Ada yang baru pertama kali berhubungan sama pacarnya, belum nikah, langsung hamil. Sedangkan yang bertahun tahun mencoba belum dikaruniai juga.

Di atas itu semua kami tetap optimis dan mau berjuang, karena sebetulnya perjuangan kami ini belum apa apa dibanding pasangan pasangan lain. Kami percaya waktu Tuhan yang terbaik, jadi kami jangan sampai menyerah dan ga mau berusaha lagi.

Saat menerima vonis bahwa aku akan tidak gampang untuk punya anak, aku bertanya tanya pada diriku sendiri. Adakah kesalahan yang pernah aku buat yang mencegah berkat datang di kehidupan kami ? Adakah dosaku yang membuat kami harus berjuang dan selalu mencemaskan masa depan keluarga kami ?

Lalu aku sadar, aku picik sekali mikir gitu. Aku ga sadar betapa banyak berkat yang Tuhan berikan sampai sampai aku bisa berpikir sedangkal itu. Tuhan udah kasih suami yang baik, keluarga yang selalu support, ga pernah kekurangan, pekerjaan baik, dan teman teman yang juga peduli.  Tuhan sama sekali ga memandang dosa seseorang apalagi yang sudah mengakui kesalahan - kesalahannya, buat Dia memberi berkat. All is His will. Intropeksi diri, memperbaiki diri dan ga lagi mengingat ingat bahwa dosaku lah penyebab ini semua, itu yang akhirnya membuatku lebih damai. Memohon ampun pada Nya atas ketidak-bersyukuranku dan meminta petunjukNya. Berserah.

Kami tetap selalu berdoa, dan meyakinkan diri bahwa tujuan kami punya keturunan adalah baik (karena Tuhan pun berpesan : berkembang biaklah supaya banyak keturunanmu hai manusia), ingin menyenangkan keluarga besar kami dan menambah kegembiraan di keluarga kami, tanpa mikir punya anak supaya bisa upload di medsos, supaya bisa lucu - lucuan, atau lebih buruknya supaya terlihat lebih baik dari orang lain.

To be continued


Halo guys. Udah luamaaa banget aku ga nge post, daan postingan terakhir tentang perjalanan aku dan adek adek ke korea jaman dahulu kala. Udah basi banget untuk dibahas (4 tahun yang lalu gitu) jadi cerita yang lain yuk..

Sesuai judul yang di atas, aku pengen share aja journey aku dan suami selama ini untuk usaha punya baby. Yups, aku udah menikah Februari 2016 kemarin dengan pacar long lasting aku, Andre 💖

Aku menikah di umur 24 tahun di mana sebenarnya salah satu motivasi kita nikah adalah kelamaan pacaran. Kita pacaran dari kelas 1 SMA alias di tahun 2007. Sempat putus di tahun 2008 selama beberapa bulan, tapi nyambung lagi dan teruss sampai menikah. (Puji Tuhan, beb. We did it.)

Seperti manten baru kebanyakan, pasti akan langsung menerima pertanyaan, "Gimana ? Udah isi belum ?" bahkan sejak seminggu setelah resepsi. Karena sadar banget sebagian besar pertanyaan itu berlatar basa - basi aja, cuma bisa jawab "Doain aja ya," dan ga terlalu dipikir pusing.

Jujur pada saat itu aku agak ngebet pengen hamil. Jaman itu jaman aku lagi suka sukanya sama bayi bayi dan pengen punya bayi sendiri, pengen ngerawat sendiri. Apalagi ngeliat banyak temen temen dan selebgram (instagram memang sedikit banyak sangat mempengaruhi kita) begitu nikah langsung hamil. Dan setelah menikah doaku setiap hari adalah "Tuhan berilah aku kehamilan," titik tanpa embel embel kenapa kenapanya. Sesimpel itu aku mikir tentang kehamilan, buat dulu, doa secukupnya, jadi deh. Ternyata aku salah.

6 bulan pertama tiap mens bawaannya sedih dan bete. Was - was dan khawatir takut ada apa - apa. Takut pikiran jelekku terjadi, aku ga bisa punya anak. Baru setengah tahun tapi aku udh begitu stres mikirin yang jelek - jelek. Suami pada saat itu emang ga berencana cepet - cepet punya anak dengan alasan, berdua dulu, kitanya belum stabil (waktu itu sama sama masih dokter internsip di kabupaten di Jateng). Jadi dia cuek cuek aja aku mens, bete nya cuma jadi ga bisa ngapa ngapain kalau aku lagi dapet. Ha - Ha.

Jadi karena capek stres dan setelah mendengar nasihat suami yang bilang, "Udahlah jangan dibikin stres, entar malah ga jadi - jadi. Kalo februari belum juga, kita periksa, ya Maret," begitu ujar suamiku menenangkan, aku memutuskan buat berusaha enjoy dan ga terlalu mikirin.

Akhirnya 6 bulan berlalu tanpa tangisan akibat menstruasi yang berarti. Aku telat 10 hari. Udah test pack ? Udah dan negatif. Oh ya di bulan ke 8 aku sempet iseng pake test pack dan strip 2. Girang banget waktu itu, tapi agak curiga sebenernya, orang belum telat. Besoknya coba tp dengan merek berbeda, eng,ing,eng, segaris doang.Dan saudara saudara, beberapa hari kemudian aku mens. Jadi itu antara tp nya yang rusak, atau memang si tp ini lagi ngerjain aku. Hiks.

Oke, balik ke cerita yang tadi. Jadi karena aku udah telat 10 hari dan tp negatif, akhirnya kami sepakat ke dokter SPOG, KFer yang terkenal di kota kami, dr. T, yang baik banget. Walau pasien beliau buanyak, beliau masih bisa ramah, dan mendengarkan serta menjelaskan yang pengen kita tahu (dan kasih kita free consult karena kita juga dokter). Memang sih ngantri nunggunya luama dan kudu nelpon seminggu sebelumnya buat dapet nomer antrian. Tapi kita udah nyaman sama dokter ini dan udah banyak juga pasien pasiennya yang berhasil.

Pertama kali periksa, dokter bilang rahim aku letaknya bagus,tebalnya bagus, tidak ada massa, cuma ya ada masalah. Sel telur ku tidak semuanya ovulasi sesuai waktu. Wah langsung keinget deh, makanya tiap aku pake ovutest ga pernah positif. Langsung jadi parno apakah aku anovulasi ? Apakah telur telurku ini tidak pernah matang ? Atau tidak bisa matang ? Uuuu mikirinnya aja udah mau bikin nangis. Kemudian ditambah lagi beliau bilang, "Kalau kayak gini, ini PCOS ini," setelah melihat telur telurku. Bagai disamber gledek,dan dengan pengetahuan PCOSku yang terbatas saat itu, aku kaget dan protes, "Tapi dok, siklus saya setiap bulan teratur meskipun panjang, bukannya PCOS biasanya mens ga teratur ya ?" oke, aku langsung membantah dokter senior yang notabene dosenku saat kuliah.

Dokter akhirnya menjelaskan tidak semua yang mens nya ga teratur atau teratur itu PCOS. Intinya dengan gejala yang aku alami dan gambaran USG Transvaginal cenderung ke arah PCOS. Langsung deh hati jadi ciut dan agak hopeless. Untungnya dr T sangat positif dan memotivasi, "Udah tenang aja. Ada obatnya kok, nanti dikonsumsi obat pembesar sel telur, kita cek telurnya di hari ke 11,terus diatur jadwal berhubungan. Telat satu hari aja, coba test pack. Banyak kok kejadian PCOS ini dan pada hamil,malah kembar,"

Dengan semangat yang diberikan oleh dokter, akhirnya aku pulang dengan muka serba tegang. Suami yang juga mendengar vonis dokter ngasih semangat terus. Cuma akunya yang kayaknya ketutup telinganya. Setahuku jaman aku koas, PCOS salah satu penyakit serius yang biasanya menyebabkan infertilitas, dan ga semudah itu sembuh. Intinya sindrom itu bakal ada seumur hidup jika tidak diobati. Dan ya, walaupun udah dokter, yang namanya cewek, akan selalu kepo dan parno untuk masalah beginian. Aku langsung browsing tentang PCOS dan kemungkinan - kemungkinan infertility lainnya. Dari international Obstetri Journal, sampe forum forum antah berantah udah aku jamahi.

Ternyata aku ga sendiri. Banyak yang memiliki kondisi seperti aku, bahkan dengan tambahan kondisi lain,tapi tetap optimis dan akhirnya berhasil hamil. Banyak cerita yang inspiring dan aku ikut ikut terharu pas baca. Akhirnya semangat lagi, dan ngerasa optimis.

Akhirnya datang lagi di hari ke 11 dengan H2C. Oh ya selama itu kami masih berdinas di kabupaten Karanganyar, tapi kami selalu berobat di Semarang. Jadinya bolak balik dan tuker menukar jadwal jaga. But its okay, demi dedek bayi, harus ada perjuangannya.

Puji Tuhan waktu di usg dalam lagi, ada 4 telur dengan ukuran - ukuran yang memadai. Dokter seneng karena pengobatannya responsif (waktu itu aku dikasih dipthen dan dulfarol) dan aku juga girang jadi semangat buat bikin (lho). Akhirnya setelah diberi jadwal buat berhubungan dan obat obatan penguat, aku pulang dengan hati ringan. Oh ya aku juga dibekali surat pengantar laborat untuk cek hormon progesteron di hari ke 22 buat lihat telur telur itu udah ovulasi apa belum dan kemungkinan terjadinya pembuahan.

Dengan meminta restu orangtua dan semua orang yang bisa dimintain doa, kami jalankan yang diperintah dokter dengan terus berdoa. Aku cek hormon progesteron, hasil 71,2 hasil yang lumayan tinggi karena dokter waktu itu bilang "Di atas 25 itu pertanda bagus, sebenernya asal ga di bawah 3, aja, pasien saya progesteron 11 ternyata hamil,"
Kebayang ga sih suenengnya ? Jadi super optimis, dan udah agak agak menjaga aktivitas. Tapi Tuhan berkata lain. Bulan itu aku mens juga. Setelah 6 bulan ga nangis, akhirnya nangis bombay. Mungkin karena udah berharap banget ya, jadi begitu gagal jadi suedih.

Suamiku yang baik hati menghibur dan kasih semangat, "Kan kita baru coba sekali sayang, jangan menyerah ya, malah bisa bikin lagi,kan" Oh ya btw suami udah cek sperma dan normospermia (dia lega banget pas baca hasil, mengingat dia merokok dan ga pernah makan sayur). Aku bersyukur ga ada tambahan masalah lagi, dan berharap udah ini aja masalahnya jangan nambah - nambah lagi.

Sempat merasa bersalah ? Pastinya, apalagi tahu suami normal dan keluarga besar kami juga sudah nunggu - nunggu. Super sedih rasanya belum bisa ngasih kebahagiaan buat suami, buat keluarga karena penyakit yang aku punya. Cuma aku bersyukur banget, suamiku dan keluarga besar kami sangat mendukung dan ga pernah nyalahin aku. Baik mama, mami mertua, yang dua duanya pengen banget ada tambahan cucu, ga ada yang menyudutkan aku. Semua selalu bilang "Sabar ya nak, berserah, semua itu kehendak Tuhan, carilah dulu kehendakNya," setiap mereka bilang gitu rasanya mata udah berkaca - kaca, semoga aku sempat membahagiakan mereka... :')

Akhirnya kami tidak menyerah untuk melanjutkan program dengan dr T, dan sempat berjalan dua siklus dengan obat penyubur yang sama (dipthen) dan diberi tambahan obat pengencer darah supaya embrio gampang menempel (aspirin). Hasil telur dan progesteron selalu bagus, tapi aku masih aja mens. Pada siklus yang ke tiga itu, akhirnya ak memberanikan diri untuk usul buat di HSG. Akhirnya dr T setuju dan memberi pengantar HSG di hari ke 11.

Hari pemeriksaan HSG, deg deg an , karena takut juga sama cocor bebek (spekulum). Di saat itu akhirnya aku mengerti kenapa ibu ibu super tegang kalau mau papsmear atau pasang iud. Jadi inget aku biasanya merintah di puskesmas tanpa hati,  "Duh bu, jangan tegang yaa, lemes, lemes kakinya, nanti cocor bebeknya salah masuk,lho,"  Ternyata memang bikin senervous itu. Maaf ya ibu - ibu yang pernah aku marahin T.T

Dengan proses yang agak alot (karena aku super tegang) akhirnya pemeriksaan HSG selesai. Dokter radiologi yang baik hati menjelaskan "Dek (karena aku adik kelasnya) ini kedua tuba paten, cuma yang disebelah kiri agak terhambat sedikit, mungkin infeksi. Tapi ga tersumbat kok, nanti dibicarakan aja lagi sm dr T,"

Eaaaaaa galau lagi. Aku lihat foto radiologi itu, memang ada sedikit kayak gelembung di tuba sebelah kiri. Lagi lagi dengan pengetahuan yang terbatas tapi sok overrated aku langsung parno, duh ini hidrosalping nih.. Duh pengobatan definitifnya kan laparoskopi.. duhh duhh.. dan kecemasan kecemasan lain.

Bersambung ya..











Quem sou eu

Foto saya
Gemini 1991. Music, Books, Movie, MakeUp, Fashion and Travel Lover. 2009 UNDIP Medical Faculty. twitter : https://twitter.com/rimacadjani instagram : @rimaadjani
Diberdayakan oleh Blogger.

Fan Page