Jumat, 18 Januari 2019

HALO ! lanjut cerita yang kemarin ya..

Jadi setelah melihat adanya hidrosalping mild di tuba kiriku, seperti biasa aku langsung browsing lagi.  Artikel dan forum forum itu ada yang menenangkan, ada yang tambah bikin parno. Daripada kelamaan bingung, aku konsul ke dokter T dan beliau bilang. "Oh, ga papa ini, belum perlu laparoskopi, dikasih obat aja ya untuk infeksinya. Yang penting tuba paten," duuhh lega lagi. Akhirnya aku ngerti apa yang dibilang orang orang, usaha buat mempunyai keturunan itu kayak naik roller coaster. Kadang bikin tegang banget, kadang bikin lega.

Kebetulan suami bulan itu ada rencana ikut simposium di manado. Tadinya udah males tapi dengan support keluarga aku disarankan ikut ke manado, supaya honemoon lagi katanya. Tapi emang menyenangkan sih di manado. Makanannya enak enak, pemandangannya bagus, dan aku bisa ketemu satu sahabatku yang emg kerja di sana.

Dengan aku di manado, otomatis aku ga bisa kontrol ke dokter. Jadi sebelum berangkat aku menghubungi dr T, dan dengan baik hati dan sabarnya beliau meresepkan obat penyubur via sms. Obat obat ini harus dengan resep dokter sih, jadi Andre nulis resep dari klinik dia kerja. Oke aku jalanin lagi, minum obat lagi, h2c lagi, tapi kali ini ak ga milih cek progesteron karena pengeluaran lagi banyak banyaknya (500rb di prodia, lumayan juga...) Dan aku mens lagi.

Akhirnya di siklus yang ke 5(karena lagi sibuk juga) kami tetap mengkonsumsi obat yang diresepkan dr T, tapi kami ga kontrol, cek telur, dan cek progesteron. Istilahnya udah pasrah, tapi tetap aja hati ini gelisah.Tapi Tuhan belum berkehendak. Itu di masa masa aku udah berusaha ikhlas tapi entah kenapa susah banget, selalu kepikiran. Udah satu setengah tahun, belum hamil - hamil juga, sedangkan teman teman yang menikah setelah aku udah pada lahiran.

Akhirnya setelah berembug, kami memutuskan untuk second opinion ke dokter lain dan rumah sakit lain. Nah di siklus ke 6 ini ak merasa lebih ikhlas dari yang sebelumnya. Saat ini aku benar benar menyadari kalau anak itu pure anugrah. Dia bisa kita perjuangkan, tapi tetep Tuhan yang menganugrahkan.

Dan di masa masa itu juga aku banyak menemukan firman Tuhan yang intinya bilang, rencanaNya buat anak anakNya itu indah. Ga ada rencana celaka atau marabahaya. Kita setuju kasih Tuhan melebihi semua kasih di dunia ini termasuk kasih orang tua kan ? Kalau orang tua kita selalu ingin memberikan kebahagiaan kita, dan ikut sengsara saat kita bersedih, gimana dengan Tuhan yang mencintai ciptaanNya melebihi apapun ?

Dia akan kasih yang terbaik, rancanganNya yang terbaik. Ga ada yang tau masalah apa yang bisa muncul kalau aku memaksakan diri buat segera hamil mboh piye carane. Jujur aku bahkan udah searching searching gimana caranya ngadopsi anak kalau memang ternyata aku ga bisa punya anak sendiri. Udah prepare untuk kemungkinan terburuk. Tapi kami tetap berdoa, dan berserah kepada Tuhan.
Di situ juga aku bertanya tanya pada diri aku sendiri. Sebenernya kenapa sih aku pengen hamil ? Pengen punya anak ? Karena temen temen yang lain udah beranak, ngerasa ketinggalan ? Karena pengen ngerasain maternity foto supaya bisa di post di instagram ? Atau karena lucu lucuan aja punya bayi yang bikin gemes ?

Teman - teman, yang aku ingat dari pendetaku saat konseling pernikahan, beliau bilang, tujuan menikah bukan semata mata ingin punya keturunan. Punya keturunan tidak menjamin hidupmu sempurna bahagia senantiasa. Kalau memang Tuhan tidak berkehendak untuk kami memiliki keturunan berarti itu yang terbaik. Kita tetap bisa menyalurkan kasih sayang kita ke keponakan kita, anak - anak di sekitar kita atau bahkan anak anak yatim piatu yang kurang kasih sayang. Nggak mudah memang untuk menerima hal hal yang tidak kita inginkan. Tapi memiliki anak bener bener misteri ilahi. Ada yang baru pertama kali berhubungan sama pacarnya, belum nikah, langsung hamil. Sedangkan yang bertahun tahun mencoba belum dikaruniai juga.

Di atas itu semua kami tetap optimis dan mau berjuang, karena sebetulnya perjuangan kami ini belum apa apa dibanding pasangan pasangan lain. Kami percaya waktu Tuhan yang terbaik, jadi kami jangan sampai menyerah dan ga mau berusaha lagi.

Saat menerima vonis bahwa aku akan tidak gampang untuk punya anak, aku bertanya tanya pada diriku sendiri. Adakah kesalahan yang pernah aku buat yang mencegah berkat datang di kehidupan kami ? Adakah dosaku yang membuat kami harus berjuang dan selalu mencemaskan masa depan keluarga kami ?

Lalu aku sadar, aku picik sekali mikir gitu. Aku ga sadar betapa banyak berkat yang Tuhan berikan sampai sampai aku bisa berpikir sedangkal itu. Tuhan udah kasih suami yang baik, keluarga yang selalu support, ga pernah kekurangan, pekerjaan baik, dan teman teman yang juga peduli.  Tuhan sama sekali ga memandang dosa seseorang apalagi yang sudah mengakui kesalahan - kesalahannya, buat Dia memberi berkat. All is His will. Intropeksi diri, memperbaiki diri dan ga lagi mengingat ingat bahwa dosaku lah penyebab ini semua, itu yang akhirnya membuatku lebih damai. Memohon ampun pada Nya atas ketidak-bersyukuranku dan meminta petunjukNya. Berserah.

Kami tetap selalu berdoa, dan meyakinkan diri bahwa tujuan kami punya keturunan adalah baik (karena Tuhan pun berpesan : berkembang biaklah supaya banyak keturunanmu hai manusia), ingin menyenangkan keluarga besar kami dan menambah kegembiraan di keluarga kami, tanpa mikir punya anak supaya bisa upload di medsos, supaya bisa lucu - lucuan, atau lebih buruknya supaya terlihat lebih baik dari orang lain.

To be continued


0 komentar:

Quem sou eu

Foto saya
Gemini 1991. Music, Books, Movie, MakeUp, Fashion and Travel Lover. 2009 UNDIP Medical Faculty. twitter : https://twitter.com/rimacadjani instagram : @rimaadjani
Diberdayakan oleh Blogger.

Fan Page